Mancokou ikan di Gema

Kegiatan Mancokou Ikan di Lubuk Larangan Desa Gema



Desa Gema terletak di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, sebuah daerah yang dikelilingi oleh keindahan alam dan keanekaragaman hayati. Salah satu tradisi yang sangat terkenal di desa ini adalah kegiatan mancokou ikan di Lubuk Larangan. Tradisi ini bukan hanya menjadi bagian dari kebudayaan lokal, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang memikat banyak orang untuk datang dan menyaksikan atau bahkan ikut serta dalam kegiatan ini. Kegiatan ini akan diselenggarakan pada hari Minggu, 22 September.

dan jika pemirsa ingin camping di sepanjang sungai subayang, bisa banget, jangan ribet ribet bawa tenda disana juga sudah ada jasa rental tenda dll sewanya di sewa tenda gema aja pemirsa, btw kalau camping pas kegiatan bisa ikut serta pembongkaran lubuk larang lo pemirsa.

Lubuk Larangan adalah suatu kawasan sungai yang secara adat dijadikan tempat konservasi ikan oleh masyarakat setempat. Kawasan ini biasanya ditutup untuk aktivitas penangkapan ikan dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu hingga dua tahun. Tujuan utama dari penutupan ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi ikan-ikan di sungai tersebut untuk berkembang biak dan tumbuh besar. Setelah masa penutupan berakhir, masyarakat akan mengadakan upacara mancokou ikan, yaitu kegiatan menangkap ikan secara bersama-sama.

Tradisi ini tidak hanya memiliki nilai ekonomis, tetapi juga nilai sosial dan ekologis. Secara ekonomis, hasil tangkapan ikan dari Lubuk Larangan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat. Secara sosial, kegiatan ini mempererat tali persaudaraan antarwarga desa karena dilakukan secara gotong-royong. Sedangkan secara ekologis, Lubuk Larangan berfungsi sebagai kawasan konservasi yang membantu menjaga keberlanjutan populasi ikan di sungai.

Persiapan untuk mancokou ikan dimulai beberapa minggu sebelum acara puncak. Masyarakat desa akan mengadakan musyawarah untuk menentukan hari yang tepat. Penentuan hari biasanya berdasarkan pada kalender adat dan juga kondisi alam. Selain itu, masyarakat juga membersihkan kawasan sekitar Lubuk Larangan dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk menangkap ikan, seperti jala, tombak ikan, bubu, dan perahu.

Pada hari Minggu, 22 September, sejak pagi buta, masyarakat sudah berkumpul di tepi sungai subayang. Mereka membawa peralatan menangkap ikan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setelah semua berkumpul, tokoh adat memberikan sambutan dan petunjuk mengenai aturan-aturan yang harus dipatuhi selama kegiatan berlangsung. Aturan-aturan ini meliputi area mana saja yang boleh dimasuki, alat tangkap yang boleh digunakan, dan cara menangkap ikan yang tidak merusak lingkungan.

Setelah sambutan dan petunjuk selesai, dengan aba-aba dari tokoh adat, kegiatan mancokou ikan pun dimulai. Suasana penuh semangat dan kebersamaan terasa di sepanjang sungai. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa semua turut serta menangkap ikan. Mereka bekerja sama untuk menggiring ikan-ikan ke jala atau bubu yang telah dipasang. Tidak jarang terdengar tawa dan canda di antara mereka, menambah semarak suasana.

Hasil tangkapan biasanya beragam, mulai dari ikan-ikan kecil hingga ikan besar yang beratnya bisa mencapai beberapa kilogram. Ikan-ikan hasil tangkapan ini kemudian dibagi rata kepada seluruh warga yang ikut serta. Pembagian hasil tangkapan dilakukan dengan adil dan transparan, biasanya dipimpin oleh tokoh adat atau ketua RT setempat.

Kegiatan mancokou ikan di Lubuk Larangan memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Desa Gema. Selain sebagai bentuk kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam, kegiatan ini juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial antarwarga. Kebersamaan dan gotong-royong yang tercipta selama kegiatan berlangsung menjadi salah satu nilai penting yang terus dijaga dan dilestarikan.

Selain itu, tradisi ini juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat. Hasil tangkapan ikan biasanya digunakan untuk konsumsi sehari-hari, dijual di pasar lokal, atau bahkan dijadikan oleh-oleh bagi pengunjung yang datang. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi juga turut memperkenalkan Desa Gema sebagai destinasi wisata budaya yang unik dan menarik

Melihat begitu banyaknya manfaat yang diperoleh dari tradisi mancokou ikan, masyarakat Desa Gema terus berupaya untuk melestarikan kegiatan ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melibatkan generasi muda dalam setiap tahap kegiatan. Dengan demikian, mereka dapat belajar dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini sejak dini.

Selain itu, pemerintah desa juga berperan aktif dalam mendukung pelestarian tradisi ini. Melalui berbagai program dan kebijakan, pemerintah desa berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan mancokou ikan dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan. Misalnya, dengan menyediakan bantuan peralatan tangkap ikan atau mengadakan pelatihan bagi masyarakat tentang teknik menangkap ikan yang ramah lingkungan.

Mancokou ikan di Lubuk Larangan Desa Gema bukan hanya sekadar tradisi menangkap ikan. Lebih dari itu, kegiatan ini adalah simbol dari kearifan lokal yang sarat akan nilai-nilai positif. Melalui kegiatan ini, masyarakat Desa Gema belajar tentang pentingnya menjaga kelestarian alam, mempererat hubungan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Dengan berbagai upaya pelestarian yang dilakukan, diharapkan tradisi ini dapat terus dilaksanakan dan diwariskan kepada generasi mendatang, sehingga nilai-nilai kearifan lokal ini dapat terus hidup dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

Komentar